KIN 2015 (Anugerah, Pengetahuan dan Panggilan)


"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" - 1 Tawarikh 16:11

 "Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN." - Mazmur 27:8

Dua ayat Alkitab diatas, belum dapat kumengerti hingga saya mengikuti Konvensi Injil Nasional 2015.
Diantara semua anak SMA, saya rasa saya adalah yang paling berbahagia, karena saya diberi kesempatan untuk ikut KIN Pemuda 2015. Oleh sebab sukacita yang begitu besar, sepanjang sesi saya terus mendengarkan dan mencatat Firman Tuhan yang dibawakan Hamba - Hamba Tuhan.

Namun, entah kenapa, saya rasa ada yang salah dalam diri saya. Saya merasa, saya gak dapat apa-apa. Saya cerita tentang hal ini kepada Abang - abang saya (kami bersama-sama mengikuti KIN.)
"Mungkin kamu jenuh, karena selama ini di GRII, sudah dengar khotbah bagus..."
Ah, kalau saya jenuh, mungkin saya sudah tidak mendengarkan lagi.

Saya pikirkan hal ini terus-menerus. Satu waktu, sebelum mulai sesi, kami diberi kesempatan untuk berdoa bagi diri kami. Disitu saya menangis diam-diam, dan saya berdoa, "Tuhan, apakah yang salah dalam diri saya? Saya dengar baik-baik, saya tidak tidur, tapi kenapa Tuhan tidak berbicara pada diri saya?"

Disitu hati saya teringat, saya selama ini cuma minta bijaksana kognitif akan Tuhan saja, tapi saya tidak minta Keberadaan-Nya! Ketika saya mendengarkan Firman saya tidak sedang merasakan dan menyadari Kehadiran-Nya yang Agung, tapi saya cuma cari - cari kalimat penting dalam khotbah!

Disitulah Tuhan membuat saya mengerti, bahwa mendengarkan Firman itu Anugerah, mengerti akan Firman adalah Anugerah yang lain lagi, namun, merasakan dan melihat Allah itu Anugerah yang terbesar! Dan untuk rekonsiliasi itulah, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menebus saya!
Saat itu saya lanjut berdoa, " Tuhan, saya mau kenal Engkau, saya mau lihat Engkau! Show me Who You Are, Show me Thy Wonders!"

Sekarang saya sudah mengerti duduk masalahnya.  Namun... saya masih merasa Tuhan belum bicara pada saya.

Tapi, di saat itulah Pdt. Aiter memaparkan, bahwa hidup kita ini diproses oleh Tuhan, seperti hidup Samuel, yang menghidupi dua tahap hidup, Panggilan Pertama dan Panggilan Kedua. Panggilan pertama Samuel adalah menjadi pelayan Tuhan, sebab ia diserahkan oleh Hana, ibunya untuk jadi pelayan di Rumah Tuhan. Tetapi, ternyata Tuhan belum bicara padanya, sampai saatnya Tuhan panggil dia untuk mengerjakan panggilan Tuhan yang Kedua baginya, yaitu menjadi seorang nabi yang Besar bagi Israel. Satu hal yang dapat saya pelajari dari sikap nabi Samuel muda: sebelum panggilan Kedua itu tiba, ia terus Taat.

Tuhan memberi jawaban dan kelegaan pada saya. Sejak saat itu, perspektif saya berubah. Saya tidak lagi mempertanyakan mengapa Tuhan tidak menyentuh perasaan saya ataupun bicara pada saya. Saya belajar mengimani, bahwa Tuhan sedang melihat kesetiaan dan ketaatan saya, sampai waktu Tuhan tiba, Ia akan nyatakan Kehendak-Nya bagi saya.

Kami terus diisi akan Kebenaran Firman Tuhan, dan saya juga diingatkan satu hal: Anak Tuhan harus terus belajar, sebab kebangkitan Rohani melibatkan Kebangunan Intelektual! Kita ini adalah penerus Zaman, kalau kita tidak menyuarakan gagasan Kebenaran, gagasan Kekristenan akan digeser oleh ide-ide sekuler, yang berlandaskan filosofi yang salah bahkan melawan Tuhan!

Frasa "kebangunan intelektual" itu terus mengiang di telinga saya.
"Pulang ke rumah, saya akan belajar baik-baik, saya akan isi diri dengan buku-buku bermutu, saya janji kali ini bukan perasaan sentimental semata! Kali ini, dengan sandar Tuhan, saya benar-benar akan melakukan revolusi dalam diri saya!"

Tapi, bukan hanya itu.
Saat itu saya teringat akan ucapan beberapa orang pada saya, baik waktu dulu maupun akhir-akhir ini, bahwa saya seperti cocok untuk mengerjakan bidang pengajaran.

Mengajar? Mana mungkin!

Sudah dua tahun ini saya menetapkan hati untuk mengambil kuliah Bisnis dan Manajemen. Saya hampir pasti akan mengejar kesana. Tapi entah kenapa saat KIN Pemuda hati saya terus gelisah. Setelah saya telusuri, benarlah bahwa tujuan sebenarnya saya ingin masuk Bisnis adalah supaya saya aman secara finansial!

Tapi menjadi guru atau dosen juga bukanlah keinginan saya.

Tapi saat itulah, saya teringat kata Pak Stephen Tong, bahwa bila itu bukan keinginanmu, maka bisa jadi, atau bahkan, kemungkinan besar, itu adalah Keinginan Tuhan.
Oh, saya tahu hal ini belum pasti, belum ada kejelasan akan panggilan ini, namun tiba saat Pak Tong mengadakan Calling, "Siapakah yang mau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan?", saya berdiri, saya maju. Dengan air mata, dalam hati saya berkata, " Tuhan saya belum yakin akan panggilanku. Tapi sekiranya Tuhan panggil aku, jadi apa yang Tuhan mau, saya bersedia. Aku disini Tuhan! Aku serahkan diriku dan seluruh hidupku bagi Kemuliaan-Mu."

Tuhan saya sekarang mengerti akan Anugerah-Mu. Aku harus memakai rasio-ku dan perasaanku untuk memuliakan Diri-Mu.
Tuhan, tunjukkan aku akan Kehendak-Mu bagiku, mungkin sebentar lagi, mungkin di waktu yang akan datang, namun selama itu, ajarlah aku untuk taat, agar suatu saat ketika Tuhan panggil aku untuk bekerja di ladang-Mu,
Aku siap.



Comments

Popular Posts