Place and Memories

10:20 PM, diiringi alunan lagu-lagu Nat King Cole


Ciao a tutti!
Come vanno le cose?

Akhir - akhir ini aku lagi belajar bahasa Italia, nih. Aku tertarik belajar bahasa Italia, soalnya bahasa Italia itu bahasa fonetik (phonetic languange), sama seperti bahasa Indonesia. Bahasa fonetik itu adalah bahasa yang cara pengucapannya sama dengan tulisannya. Hanya sedikit saja cara-cara pengucapan yang khusus. Bagian paling menyenangkan dalam belajar bahasa bagi saya adalah mempelajari pronounciation (cara penyebutan) suatu kata maupun frasa. Asyik sekali rasanya mengucapkan kata dengan dialek berbeda, apalagi bila kita berhasil membuatnya mirip dengan native speaker. Wah... kagum rasanya menyadari bahwa Tuhan menciptakan lidah manusia itu fleksibel, bisa menyesuaikan pengucapan dalam satu bahasa dengan bahasa lain.

Oke, speaking about language... Indonesia kita sendiri punya ratusan bahasa. Ratusan dialek, jutaan perbendaharaan kata, dan fakta ini mampu membuat kita menganga. Ya, Indonesia kita kaya. Dan bayangkan, tiap bahasa itu berasal dari kultur yang berbeda, dari daerah yang berbeda.

Wow. Ratusan bahasa, berasal dari ratusan suku bangsa, yang berarti berasal dari ratusan daerah. Ratusan daerah yang belum semuanya kita jalani.

Saya bersyukur saya diberi kesempatan untuk berpindah - pindah dari satu daerah ke daerah lain, sehingga dapat mencicipi banyak tempat.

Tempat... place. Place itu adalah dimensi manusia selain waktu. Keberadaan kita di place itu konkrit, dan kita tidak bisa berada di dalam place yang berlainan dalam waktu yang sama. Bedakan dengan space, space atau ruang itu lebih abstrak. Space itu bisa banyak, dan kita bisa berada pada banyak space dalam satu waktu. Bahkan, kita bisa menciptakan space.
Contohnya? Waktu kita buka hape, kita sedang menciptakan space bagi diri kita. Dan ketika kita punya akun di media sosial, kita menciptakan suatu space lagi, space untuk mencurahkan cerita keseharian kita, contohnya saya, yang membuat blog ini :D . Dan ketika kita ikut chatting di beberapa grup berbeda tiap harinya (bahkan bisa tiap kita membuka hape), kita sedang saling menciptakan space, dalam waktu bersamaan, dengan berbagai orang yang berbeda dan kelompok berbeda dengan "aim" yang berbeda pula.

Space dapat membuat sesuatu yang jauh menjadi lebih dekat. Kita bisa chatting dengan teman kita di Australia, atau melihat post Instagram saudara kita di Jerman, dan kita bisa berkomunikasi dengan mereka. Bahkan seringkali kita melakukan live chat, alias,  langsung dibalas :)

Tapi, sebenarnya space lebih sering merugikan. Space itu sendiri men-distract Place. Seringkali kita lebih mementingkan orang-orang di luar sana, yang kesannya "peduli" pada kita (karena dia like foto kita), dan kita melupakan orang - orang di depan kita. Situasi meja makan tanpa celotehan kini sering kali kita temui, dimana semua orang sibuk update check-in di Path, dan ironisnya, menciptakan keasyikan sendiri, dan menggunakan kalimat seperti, "having fun with K***n, seru banget disini hihihi" padahal mereka cuma diem - dieman dan cekikikan sendiri melihat layar hape masing - masing.

But,oh well, I'm not here to judge. Saya sendiri juga pernah mengalami situasi seperti itu. Dan sekarang saya sadar, saya lebih merindukan saat - saat saya dapat menikmati place, instead of space, dan memori yang terkandung di dalamnya.

Hati saya merindukan banyak place. Place -place tersebut menjadi kenangan tersendiri bagi saya.

Saat saya berangkat ke sekolah melewati Jalan Dr. Otten di Bandung, dengan guguran daun pohon - pohon yang dihembus angin. Saat saya belajar dan bersandar di dinding sekolah lama saya Santa Angela. Saat saya berada di jalan pulang dari malam kuliner bersama keluarga saat masih tinggal di Medan, mendengar lagu - lagu Nat King Cole sambil bersandar pada Mama. Saat saya, Hans dan Sven bermain musik bersama, sehabis pulang naik sepeda keliling komplek Tasbi.

Seringkali saya rindu saat - saat itu hingga menitikkan air mata.

Place itu sangat berarti.  Place memiliki konsekuensi, yaitu keberadaan. Dan, keberadaan kita juga memiliki konsekuensi, yaitu tanggung jawab. Ya, apakah kita bertanggung jawab dengan segala kesempatan yang kita punya? Instead of menunggu memori, maukah kita menciptakan memori itu sendiri?
Satu lagi. Tuhan menciptakan kita lahir di Tanah Air kita ini, tinggal di manapun kalian berada sekarang, pasti dibalik ini semua ada alasan. Tugas kita adalah menemukannya, dan melaksanakannya.

Ciao, alla prossima!

Xoxo, kay

11:20 PM, dan masih mendengar lagu Nat King Cole.

Comments

  1. Cuma hans-sven ajalo :(
    Sekilas berasa baca pidato lol. Eike nunggu post-an yang lain lo bu

    (Xoxo)^2, cky

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pulaknya anak EC divisi Speech kan. Cemanalah kak hahahaha.... tenang kak, kita buat pun post khusus werewolves wanita nanti HAHA... bahasanya ntar ku perbaiki biar gak kek pidato SBY

      Muachhh, kay

      Delete

Post a Comment

Popular Posts